NPM

KELAS : 4KA07
NPM : 10113329

Jumat, 15 April 2016

TERKENANG

SMA Raya Jakarta menjadi saksi atas semua hal-hal yang pernah ku lakukan di dalamnya. Sekolah yang menyimpan kenangan yang tak dapat diutarakan, tidak bukan hanya satu atau dua kenangan tapi banyak kenangan. Sekolah yang penuh dengan kasih sayang, canda, tawa, kesedihan  dan juga memiliki banyak aturan agar kami menjadi siswa-siswi yang teladan dan bisa dibanggakan. Sekolah yang memiliki guru-guru yang baik, ramah dan juga sabar menghadapi kami selama ini.

Perkenalkan namaku Bulan. Aku bukan lagi siswa SMA Raya, karena aku dan seluruh siswa kelas 9 baik IPA maupun IPS sudah lulus dari sekolah ini dan saya beserta teman-teman tinggal menunggu menerima ijazah saja. Dan sekarang aku akan melanjutkan studi ke sebuah Universitas yang aku inginkan.
Aku hanya ingin bercerita bagaimana masa-masa saat aku masih bersekolah di SMA ini. Aku duduk dikelas yang bisa dikatakan menjadi kelas unggulan di jurusan IPA bersama sahabatku Tari. Kelas yang penuh kekompakkan dan tawa riang. Kelas yang tentunya akan riuh ketika tak ada guru di dalamnya, dan akan bisu seketika ketika guru piket yang sedang berjaga tiba-tiba masuk dan menegur kami. Kelas itu menjadi saksi bisu akan semua peristiwa yang terjadi. Kelas yang mendengarkan guru-guru memuji kami, juga memarahi kami.

Seperti tanggal 4 Januari lalu, disaat kami membentuk formasi dengan memegang kertas yang bertuliskan selamat ulang tahun kepada bu Rufiana. Kami dapat melihat wajah bu Rufiana berseri memandang kami satu persatu. Happy Birthday bu Rufiana..” sahut kami kompak. “Darimana kalian tau ulang tahun ibu?” tanyanya tak percaya. “Ada deh Bu,,,” sahut salah seorang temanku yang kebetulan suaranya sangat nyaring. Setelah bernyanyi, meniup lilin dan memotong kue, tibalah Bu Rufiana membagikan kuenya untuk kami semua. Potongan pertama diberikan kepada ketua kelas kami Yudha. “Yudha, bu berikan potongan kue pertama ini untuk kamu sebagai ucapan terima kasih ibu kepada kalian semua” ujar Bu Rufiana. “Terima kasih bu” jawab Yudha dengan senyum kecil dari bibirnya. Yudha adalah seorang yang memiliki watak tegas dan juga dingin. Aku tidak dekat dengannya namun ada sesuatu di dalam dirinya yang membuatku ingin lebih mengenalnya. “Ciee ngeliatin Yudha ya?” goda Tari sambil menyenggol bahuku. “Mau sampe kapan kayak gini terus? Ngomong dong sama dia. Masa udah 2 tahun sekelas ga pernah ngobrol banyak” goda Tari sekali lagi. “Beraninya cuma ngomongin doang” tambahnya. Aku hanya mencubit lengan tari sambil sedikit meringis tanpa membalas menjawab candaanya. “Yuk Bu kita foto bareng, itung-itung buat kenang-kenangan nanti” celetuk Arif salah satu temanku. Ketika Bu Rufiana meng iyakan, sebagian teman-temanku dengan cepat mengatur posisi mereka masing-masing tidak terkecuali Tari agar mendapat tempat yang bagus ketika difoto. Sebagian lainnya tidak ikut berfoto ria karna sibuk dengan kue yang didapatnya. Berbeda denganku aku hanya terdiam sambil melihat  sekelilingku. Kelas ini, letak tempat duduknya, white board sebagai tempat menulis dan juga sebagai layar untuk menampilkan materi ketika menggunakan proyektor, pernak-pernik yang tersusun rapi di dinding. Semua ini sebentar lagi akan menjadi tempat yang paling aku rindukan. Kenangan bersama guru, sahabat dan tentunya dia.


Hari-hari itu telah berlalu. Aku akan selalu mengingat semua tentang sekolah ini. Perpustakaan yang sering ku kunjungi ketika jam kosong ataupun sekedar untuk menjadi alasan ku keluar kelas. Ruang computer yang selalu dikunjungI ketika memang sedang ada pelajaran TIK. Ruang Lab Bahasa, Fisika, Biologi, dan Kimia untuk praktek ataupun untuk mengisi kegiatan ekskul KIR ku. Ekskul yang awalnya kupilih karna berada di dalam ruangan dan banyak mengandalkan pikiran saja berbeda dengan ekskul lainnya. Aku akan rindu segalanya tentang sekolah ini.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar