NPM

KELAS : 4KA07
NPM : 10113329

Sabtu, 12 Maret 2016

Resensi Novel



Judul                           : Daun yang Jatuh Tak Pernah Membenci Angin

Pengarang                   : Tere Liye

Penerbit                       : PT. Gramedia Pustaka Utama

Terbit                           : November 2011

Jumlah halaman           : 256 halaman

Warna sampul             : Hijau-coklat-Putih

Jumlah cetakan            : 264

Kota terbit                   : Jl. Palmerah barat 29-37 Blok. 1 Jakarta

ISBN                           : 978-979-22-5780-9


      Sipnosis
Dia bagai malaikat bagi keluarga kami. Merengkuh aku, adikku, dan Ibu dari kehidupan jalanan yang miskin dan nestapa. Memberikan makan, tempat berteduh, sekolah, dan janji masa depan yang lebih baik.
Dia sungguh bagai malaikat bagi keluarga kami. Memberikan kasih sayang, perhatian, dan teladan tanpa mengharap budi sekali pun. Dan lihatlah, aku membalas itu semua dengan membiarkan mekar perasaan ini.
Ibu benar, tak layak aku mencintai malaikat keluarga kami. Tak pantas. Maafkan aku, Ibu. Perasaan kagum, terpesona, atau entahlah itu muncul tak tertahankan bahkan sejak rambutku masih dikepang dua.
Sekarang, ketika aku tahu dia boleh jadi tidak pernah menganggapku lebih dari seorang adik yang tidak tahu diri, biarlah... Biarlah aku luruh ke bumi seperti sehelai daun... daun yang tidak pernah membenci angin meski harus terenggut-kan dari tangkai pohonnya.


1.      Unsur intriksik

a)      Tema     : Perasaan yang dirahasiakan

b)      Gaya Bahasa:
  1. Hiperbola        : 

  • Meruntuhkan semua harapan. Membuatku tergugu, berfikir tentang hari esokku yang tiba-tiba sama sekali tidak menyisakan puing lagi. Puing-puing yang mungkin bisa dibangun kembali (Hal 130)
  • Demi membaca e-mail berdarah-darah itu, esoknya aku memutuskan pulang segera ke Jakarta (Hal. 230)
  1. Metafora         :

  • Bagian tajamnya menghadap ke atas begitu saja, dan tanpa ampun menghunjam kakiku yang sehelai pun tak beralas saat melewatinya. (Hal. 22)
  1. Personifikasi    :

  • Menuju tempat rumah kardus kami dulu berdiri kokoh dihajar hujan deras, ditimpa terik matahari. (Hal. 231)
  • Hujan deras turun membungkus kota ini (Hal. 13)
  1. Alegori            :

  • Waktu benar-benar berlalu melesat bagai desingan peluru (109)

c)      Sudut Pandang : Orang pertama pelaku utama

d)     Tokoh                    :
1.      Tania               :

  • Pantang menyerah (Menjalani kehidupan dari tidak punya apa-apa sampai sukses)
  • Tekun (Tekun belajar hingga mendapat beasiswa di Singapura)
  • Ramah (Disukai banyak orang)
  • Setia( Tetap mencintai danar walau banyak laki-laki yang mencintainya)
  • Tidak pernah mengingkari janji

2.      Dede               :

  • Iseng (Sering membuat  Tania kesal)
  • Berpikir dewasa (Selalu mengemukakan pendapat yang bijak)
  • Innocent

3.      Ibu                   :

  • Sabar (  Tetap sabar menjalani kehidupan walau badannya tidak kuat menanggung itu semua)
  • Berusaha (Berjualan kue untuk memenuhi kebutuhan hidup)

4.      Danar              :

  • Ringan tangan (Menolong tania ketika kakinya tertusuk paku)
  • Bertanggung jawab  (Membiayai dan mengurus Tania dan Dede setelah ibunya meninggal)
  • Suka kepada anak-anak (Membuka kelas mendongeng dirumahnya)
  • Ramah ( Disukai banyak orang)
  • Dewasa ( Dilihat dari cara berbicara, dan berpikiran)

5.      Kak Ratna       :

  • Ramah ( Ketika bertemu dengan Tania dan keluarga untuk pertama kali)
  • Sabar ( Menghadapi Danar setelah pernikhan)
  • Tidak berprasangka buruk

6.      Anne               :

  • Dewasa( Dari cara memberi nasehat dan berfikir)
  • Teman yang baik (Selalu ada untuk Tania ketika membutuhkan teman dan saran)

e)      Alur           : Maju Mundur

f)       Latar         
Tempat      : Rumah Tania, Di Dalam Bis, Toko Buku, Kontrakan Danar, Asrama
  Tania di Singapura
      Waktu       : Pagi, Siang, Sore, dan Mala  m
      Suasana     : Senang, Duka, Bahagia, Rindu, dan Sedih.

g)      Amanat     :

  • Jangan pernah berhenti berusaha, karna usaha yang kita lakukan menentukan hasil yang akan kita dapatkan.
  • Jujur dengan perasaan sendiri dan dengan cepat mengambil keputusan yang benar sesuai dengan kata hati sebelum terlambat dan akhirnya menyesal karna waktu tidak pernah bisa kita ulang.


2.      Unsur Ekstrinsik


  1. Nilai Sosial      : Selalu menolong orang yang kesultan tidak peduli siapa yang akan kita tolong, seperti tokoh Danar di novel tersebut.
  2. Nilai Moral      : Memberi pengetahuan kepada kita bahwa sesuatu yang terlihat sulit nyatanya tidak sesulit yang kita lihat jika kita ingin bersungguh sungguh mencapainya seperti dalam novel tokoh Tania yang pantang menyerah menjalani hidupnya walau banyak rintangan yang menghalanginya. Memegang janji ‘Aku menyeka sudut mataku yang berair. Tidak. Aku sudah berjanji kepada Ibu untuk tidak pernah menangis. Apalagi menangis hanya karena mengingat semua kenangan buruk itu.’ (Hal. 31)



Sumber            : http://wira12adriana.blogspot.co.id/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar