Menurut Minto Rahayu
(2007:35), “Penalaran adalah proses berfikir yang logis dengan berusaha
menghubung-hubungkan fakta untuk memperoleh suatu kesimpulan”. Sebuah karangan yang dibuat sederhana pun
akan mencerminkan kualitas penalaran dari penulisnya. Penalaran dapat dilihat
dari penyusunan karangan itu sendiri. Sedangkan fakta adalah kenyataan yang
dapat dikenali. Untuk melakukan penalaran, kita harus mengenali fakta dengan
baik dan benar melalui pengamatan yang dilakukan melalui panca indra. Dengan
mengamati fakta, maka kita dapat mengukur, menimbang, mengklarifikasi dan
menghubung-hubungan hingga membentuk suatu karangan tertentu.
Kegiatan
menulis sebagai proses bernalar
Menulis merupakan proses bernalar. Untuk menulis mengenai
suatu topik kita harus berpikir, mcnghubung-hubungkan berbagai fakta,
membandingkan dan sebagainya. Dalam bab ini akan dibahas aspek penalaran dalam
karangan.
Aspek
Penalaran dalam Sebuah Karya Tulis Ilmiah
Penalaran
dalam suatu karangan ilmiah mencakup 5 aspek. Kelima aspek tersebut adalah:
1. Aspek Keterkaitan
Aspek keterkaitan
adalah hubungan antar bagian yang satu dengan yang lain dalam suatu karangan.
Artinya, bagian-bagian dalam karangan ilmiah harus berkaitan satu sama lain.
Pada pendahuluan misalnya, antara latar belakang masalah – rumusan masalah –
tujuan – dan manfaat harus berkaitan. Rumusan masalah juga harus berkaitan
dengan bagian landasan teori, harus berkaitan dengan pembahasan, dan harus
berkaitan juga dengan kesimpulan.
2. Aspek Urutan
Aspek urutan adalah
pola urutan tentang suatru yang harus didahulukan atau ditampilkan kemudian
(dari hal yang paling mendasar ke hal yang bersifat pengembangan). Suatu
karangan ilmiah harus mengikuti urutan pola pikir tertentu. Pada bagian Pendahuluan,
dipaparkan dasar-dasar berpikir secara umum. Landasan teori merupakan paparan
kerangka analisis yang akan dipakai untuk membahas. Baru setelah itu persoalan
dibahas secara detail dan lengkap. Di akhir pembahasan disajikan kesimpulan
atas pembahasan sekaligus sebagai penutup karangan ilmiah.
3. Aspek Argumentasi
Yaitu bagaimana
hubungan bagian yang menyatakan fakta, analisis terhadap fakta, pembuktian suatu
pernyataan, dan kesimpulan dari hal yang telah dibuktikan. Hampir sebagian
besar isi karangan ilmiah menyajikan argumen-argumen mengapa masalah tersebut
perlu dibahas (pendahuluan), pendapat-pendapat atau temuan-temuan dalam
analisis harus memuat argumen-argumen yang lengkap dan mendalam.
4. Aspek Teknik Penyusunan
Yaitu bagaimana pola
penyusunan yang dipakai, apakah digunakan secara konsisten. Karangan ilmiah
harus disusun dengan pola penyusunan tertentu, dan teknik ini bersifat baku dan
universal. Untuk itu pemahaman terhadap teknik penyusunan karangan ilmiah
merupakan syarat multak yang harus dipenuhi jika orang akan menyusun karangan
ilmiah.
5. Aspek Bahasa
Yaitu bagaimana
penggunaan bahasa dalam karangan tersebut? baik dan benar? Baku? Karangan
ilmiah disusun dengan bahasa yang baik, benar dan ilmiah. Penggunaan bahasa
yang tidak tepat justru akan mengurangi kadar keilmiahan suatu karya sastra
lebih-lebih untuk karangan ilmiah akademis.
Penalaran
Induktif
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Penalaran induktif adalah proses penalaran untuk menarik kesimpulan berupa prinsip atau sikap yang berlaku umum berdasarkan atas fakta-fakta yang bersifat khusus, prosesnya disebut induksi.
Penalaran induksi
dibagi menjadi 3 yaitu :
·
Generalisasi
ialah
proses berpikir berdasarkan pengamatan atas sejumlah gejala dengan sifat-sifat
tertentu untuk menarik kesimpulan umum mengenai semua atau sebagian dari gejala
serupa.
·
Analogi
suatu
proses berpikir untuk menarik kesimpulan tentang kebenaran suatu gejala khusus
berdasarkan beberapa gejala khusus lain yang memiliki sifat-sifat atau
ciri-ciri esensial penting yang bersamaan.
·
Hubungan Kausal
Proses
ini menyatakan bahwa semua peristiwa harus ada penyebabnya.
Penalaran
Deduktif
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan itu.
Penalaran deduktf dibagi menjadi 2 yaitu :
Deduksi dimulai dengan suatu premis yaitu pernyataan dasar untuk menarik kesimpulan. Kesimpulannya merupakan implikasi pernyataan dasar itu. Artinya apa yang dikemukakan di dalam kesimpulan secara tersirat telah ada di dalam pernyataan itu.
Penalaran deduktf dibagi menjadi 2 yaitu :
·
Silogisme
Silogisme
adalah suatu proses penalaran yang menghubungkan dua proposisi (pernyataan)
yang berlainan untuk menurunkan sebuah kesimpulan yang merupakan proposisi yang
ketiga. Proposisi merupakan pernyataan yang dapat dibuktikan kebenarannya atau
dapat ditolak karena kesalahan yang terkandung didalamnya.
Dari
pengertian di atas, silogisme terdiri atas tiga bagian yakni: premis mayor,
premis minor, dan kesimpulan. Yang dimaksud dengan premis adalah proposisi yang
menjadi dasar bagi argumentasi. Premis mayor mengandung term mayor dari
silogisme, merupakan geeralisasi atau proposisis yang dianggap bear bagi semua
unsur atau anggota kelas tertentu. Premis minor mengandung term minor atau
tengah dari silogisme, berisi proposisi yang mengidentifikasi atau menuntuk
sebuah kasus atau peristiwa khusus sebagai anggota dari kelas itu. Kesimpulan
adalah proposisi yang menyatakan bahwa apa yang berlaku bagi seluruh kelas,
akan berlaku pula bagi anggota-anggotanya.
Contoh:
Premis
mayor : Semua cendekiawan adalah pemikir
Premis
minor : Habibie adalah cendekiawan
Kesimpulan : Jadi, Habibie adalah pemikir.
·
Entimen
Entiem
adalah suatu proses penalaran dengan menghilangkan bagian silogisme yang
dianggap telah dipahami.
Contoh:
Berangkat
dari bentuk silogisme secara lengkap:
Premis
mayor : Semua renternir adalah penghisap
darah dari orang yang
sedang
kesusahan
Premis
minor : Pak Sastro adalah renternir
Kesimpulan : Jadi, Pak Sastro adalah peghisap darah
orang yag
kesusahan.
Kalau
proses penalaran itu dirubah dalam bentuk entinem, maka bunyinya hanya menjadi
”Pak Sastro adalah renternir, yang menghisap darah orang yang sedang
kesusahan.”
Sumber :
Sumber :
Rahayu, Minto. 2007. Bahasa
Indonesia di Perguruan Tinggi. Jakarta : Grasindo.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar